
Jakarta - Pengamat sepak bola nasional, Tommy Welly, berharap kalangan pencinta Timnas Indonesia sudah bisa mulai melupakan Shin Tae-yong. Ada sejumlah catatan merah dari pelatih asal Korea Selatan itu yang membuatnya tak layak kembali mengasuh skuad Garuda.
Tommy Welly, atau yang akrab disapa Bung Towel, menjelaskan sejumlah indikator yang menempatkan Shin Tae-yong sebagai sosok yang sudah tidak layak dipertimbangkan sebagai pelatih Timnas Indonesia selanjutnya, setelah PSSI mendepak Patrick Kluivert.
Aspek pertama yang menjadi sorotan Bung Towel ialah integritas. Menurutnya, sosok pelatih kepala yang ditunjuk menakhodai Timnas Indonesia harus memiliki integritas, termasuk soal isu pemain titipan di skuad Merah Putih.
"Buat saya, pelatih tim nasional itu harus punya integritas karena dia mewakili sebagai representasi tim nasional. Kita tentu tidak sepakat dengan pemain titipan dan sebagainya. Karena itu integritas, karakter, dan personality," kata Bung Towel di acara "Dua Sisi".
Pelatih Hector Souto menegaskan bahwa fokus timnas futsal Indonesia kini berjalan secara bertahap: SEA Games 2025 sebagai langkah awal, kemudian turnamen Asia seperti AFC Futsal Championship 2026, dan kejuaraan ASEAN (AFF) sebagai bagian dari strateg...
Isu Pemain Titipan

Menurut Bung Towel, isu pemain titipan di era Shin Tae-yong sudah berembus sejak tahun 2022. Sebab, sepanjang tahun ini, pelatih asal Korea Selatan itu selalu memanggil satu penyerang yang kualitasnya diragukan.
Jika mengacu pernyataan Bung Towel yang menyinggung soal menantu eks Wakil Ketua Umum PSSI, Iwan Budianto, sosok yang dimaksud ialah Muhammad Rafli, striker Arema FC yang rutin memperkuat timnas selama tahun itu.
"Menurut saya, sejak 2022, Shin Tae-yong tidak bisa merepresentasikan karakter yang memiliki integritas. Indikatornya ada salah satu pemain, striker, cadangan di klubnya, tidak pernah bikin gol, tetapi selalu dipanggil Timnas Indonesia," katanya.
"Publik sepak bola tidak bisa konkret mengaitkan segala masalah soal sepak bola. Memantunya Iwan Budianto yang saat itu menjabat sebagai Wakil Ketua Umum PSSI, selalu dipanggil tim nasional," lanjut pria kelahiran Bandung tersebut.
Bung Towel mengatakan, Muhammad Rafli sudah tak lagi masuk daftar pemain yang dipanggil Shin Tae-yong ketika mertuanya, Iwan Budianto, memutuskan untuk mundur dari jabatannya awal tahun 2023.
"Begitu Iwan Budianto mundur dari jabatannya sebagai Waketum PSSI pada Januari 2023, pada FIFA Matchday Maret 2023, pemain itu tidak dipanggil lagi ke Timnas Indonesia oleh Shin Tae-yong," kata Bung Towel.
Seperti Politisi

Setelah itu, catatan lainnya yang juga membuat Bung Towel meragukan karakter STY ialah sikap politisnya selama menjadi pelatih Timnas Indonesia. Ini berkaitan dengan desakan publik yang meminta Ketua Umum PSSI saat itu, Mochamad Iriawan, untuk mundur.
Momen itu mencuat setelah Tragedi Kanjuruhan. Menariknya, Shin Tae-yong ketika itu mengeluarkan pernyataan resmi di akun Instagramnya. Dia menyampaikan jika akan ikut mundur jika Iwan Bule mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum PSSI.
"Setelah Tragedi Kanjuruhan, ada banyak berita, silakan dicek jejak digitalnya. Kalau Ketua Umum PSSI, Iwan Bule, mundur, dia bilang 'saya juga akan mundur.' Inikah karakter yang kita butuhkan?" ucap Bung Towel.
"Itulah yang saya bilang, kita butuh integritas karena dia adalah pelatih tim nasional. Kalau soal pemain titipan, sungkan, segan, dan takut dengan Iwan Budianto, lalu bagaimana?" lanjut pria asal Bandung, Jawa Barat, itu.
Menurutnya, sikap politis semacam ini tak semestinya diperlihatkan oleh seorang pelatih timnas. Sebab, STY saat itu dikontrak secara profesional untuk bekerja dalam hal teknis sebagai nakhoda skuad Merah Putih.
"Kok jadi seperti politisi. Kalau Ketua Umum PSSI mundur, lalu ikut mundur. Padahal, dia kan orang teknis. Dia dikontrak oleh PSSI secara profesional. Dia teknisi, bukan politisi. Di situ menurut saya sudah gagal," tuturnya.
Kasus Terakhir STY

Selain itu, Bung Towel membeberkan indikator lainnya yang membuat STY sudah semestinya tak masuk daftar kandidat pelatih yang dipertimbangkan PSSI untuk menangani Timnas Indonesia.
Indikasi ini muncul setelah STY dipecat oleh klub kasta tertinggi Liga Korea Selatan karena terlibat konflik dengan anak asuhnya. Menurut Towel, ini membuktikan jika Indonesia harus sudah move-on dari pelatih asal Negeri Ginseng itu.
"Kejadian terakhir bersama Ulsan HD kan sebetulnya sama benang merahnya, komunikasi buruk, menimbulkan konflik internal, tidak akur dengan pemain senior. Sampai pemain seniornya melakukan selebrasi swing golf. Itu kan makanya dalam," katanya.
"Kalau di kampung halamannya sendiri ada sebuah sentimen negatif terhadap dia, kenapa di negeri ini jadi banyak yang termehek-mehek dengan dia? Dan di jumpa pers PSSI, sudah dikatakan harus move-on. Berarti harus cari pelatih yang baru karena pelatih bukan hanya dia saja," lanjutnya.
