Persija Jakarta merayakan ulang tahunnya yang ke-97 dengan kemenangan manis atas PSIM Yogyakarta di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Tak hanya euforia suporter, para pemain juga merayakan momen spesial ini bersama keluarga mereka, dari pasangan, istri, hingga anak-anak.
Jakarta - Ulang tahun ke-97 Persija Jakarta menjadi malam magis di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Tak hanya riuh oleh teriakan puluhan ribu suporter The Jakmania, tetapi bagi sebagian pemain Persija, malam itu bukan sekadar soal sepak bola. Ini adalah kesempatan untuk “pulang” membawa keluarga, pasangan, bahkan buah hati, merasakan atmosfer penuh kebanggaan dan cinta.
Menjelang laga kontra PSIM Yogyakarta, tribun utara dan selatan GBK dihiasi dua tifo raksasa khas HUT ke-97 macan memeluk 11 trofi dan tifo bergambar sosok Betawi legendaris beserta slogan “Until Our Last Breath”. Ribuan The Jakmania berdiri bersama, menyanyi, meneriakkan yel-yel, dan menyalakan semangat di saat para pemain memasuki lapangan.
Tak hanya suporter tuan rumah, sekitar 50 ribu penonton memenuhi stadion malam itu, termasuk sekitar 5.000 pendukung PSIM yang mendapat sambutan hangat dari Jakmania.
Bagi banyak pemain, laga kandang di GBK kali ini berarti lebih dari sekadar pertandingan. Setelah beberapa kali “ngungsi” di stadion luar Jakarta, malam 28 November 2025 jadi momen mereka bisa kembali ke rumah, GBK.
Dan tak jarang, mereka membawa orang terdekat, pasangan, orang tua, atau anak-anak. Meski tak semua kehadiran keluarga tercatat media, atmosfer hangat dan penuh kebersamaan terasa di setiap sudut tribun, di tepuk tangan, di sorak-banner suporter yang menyebut “Selamat Ulang Tahun Persija”.
Tidak sedikit pula pemain yang setelah pertandingan terlihat berpelukan hangat dengan rekan satu tim, sebuah simbol persaudaraan tak hanya di lapangan tapi juga di luar. Momen ini sekaligus menjadi hadiah terbaik, kemenangan 2-0 atas PSIM lewat gol Maxwell Souza dan Allano de Souza pada menit ke-78 dan tambahan di masa injury time.
Bagi suporter dan pemain, ulang tahun klub bukan sekadar tanggal berdiri. Ini tentang tiba-nya rasa “pulang”, rasa memiliki, dan rasa bangga. Stadion, yang selama ini jadi medan laga, berubah menjadi ruang keluarga besar Macan Kemayoran.
Warna oranye, tifo, yel-yel, dan pelukan selepas laga membawa pesan kuat, bahwa sepak bola persija tidak hanya soal menang atau kalah, tapi soal identitas, komunitas, dan ikatan emosional yang melekat erat.
Kemenangan di hari spesial itu dalam kemeriahan ulang tahun ke-97, jadi kado manis dari para pemain untuk suporter, dan jadi memori indah bagi keluarga yang hadir malam ketika laju bola bertemu pelukan hangat orang tercinta.
