
Jakarta - Sejak menggantikan Shin Tae-yong pada Januari 2025, Patrick Kluivert setidaknya sudah melakoni delapan pertandingan bersama Timnas Indonesia.
Terkait hasil Timnas Indonesia, ternyata masih jauh dari harapan. Patrick Kluivert tak punya game plan yang jelas serta strategi yang mumpuni.
Puncaknya, dua kekalahan beruntun Timnas Indonesia di Grup B putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia dari Arab Saudi dan Irak membuat Patrick Kluivert terdepak dari singgasana kepelatihan.
"Kalau kita lihat dalam delapan pertandingan yang sudah ia pegang, empat di antaranya berakhir dengan kekalahan. Dari empat kekalahan itu, tiga di antaranya yang menurut saya formasinya salah saat itu," kata Gita Suwondo, pengamat sepak bola nasional, via kanal YouTube tvOneNews.
"Formasi salah, pilihan pemain juga salah pada saat itu. Pendekatan pertandingan juga salah game plan-nya. Artinya, attacking tidak waspada terhadap lawan yang juga punya kekuatan menyerang yang sangat baik," imbuhnya.
Tidak Punya Backup Plan

Menurut Gita Suwondo, pasca-kekalahan 2-3 dari Arab Saudi, performa Timnas Indonesia saat melawan Irak sebenarnya sudah membaik. Hanya saja, Ole Romeny yang diharapkan bisa tampil maksimal justru kurang bugar.
"Lawan Australia, lawan Jepang misalnya, kemudian lawan Arab Saudi kemarin dia memasang pemain memang ada Calvin Verdonk yang hari H cedera, tapi kan masih ada Thom Haye saat itu yang bisa dimainkan sejak awal. Tapi dia mainkan Marc Klok. Titik lemah kita datangnya dari Marc Klok," papar Gita Suwondo.
"Melawan Irak sebenarnya membaik sekali ya. Formasinya oke, 4-3-3. Di tengah kita juga bagus. Hanya saja kita tidak punya tukang gedor seperti Ole Romeny pada saat fit. Ole Romeny hanya main 45 menit dan tidak fit."
"Kelemahan Patrick Kluivert adalah dia seperti tidak punya plan B pada saat i-nya mentok. Di pertandingan 2 kali 45 menit kan sering, karena kita berhadapan dengan lawan yang lebih canggih misalnya, plan A kita enggak jalan ya".
"Saat melawan Lebanon dalam pertandingan persahabatan, kita menyerang terus menerus, ball possession, tapi kemudian ketika Lebanon menutup dengan delapan pemain bertahan, kita seperti bingung mau masuk ke daerah pertahanan," tutup Gita Suwondo.